Selasa, 31 Maret 2020

Materi IPA klas 7 Semester Genap

Bab 1 Objek IPA dan Pengamatannya

Kompetensi Dasar :
3.1. Menerapkan konsep pengukuran berbagai besaran dengan menggunakan satuan standar (baku).
4.1. Menyajikan data hasil pengukuran dengan alat ukur yang sesuai pada diri sendiri, makhluk hidup lain, dan benda-benda di sekitar dengan menggunakan satuan tak baku dan satuan baku.
Materi Pokok :
Pembelajaran dan penilaian topik Objek IPA dan Pengamatannya memerlukan waktu 15 jam pelajaran atau 6 TM (Tatap Muka) dengan asumsi 6 JP/minggu diorganisasikan menjadi dua kali TM, yaitu masing-masing 3 JP dan 2 JP.
  • Penyelidikan IPA
  • Pengukuran
  • Besaran Pokok
  • Besaran Turunan

Bab 2 Klasifikasi Makhluk Hidup

Kompetensi Dasar :
3.2. Mengklasifikasikan makhluk hidup dan benda berdasarkan karakteristik yang diamati.
4.2. Menyajikan hasil pengklasifikasian makhluk hidup dan benda di lingkungan sekitar berdasarkan karakteristik yang diamati.
Materi Pokok :
Pembelajaran dan penilaian topik Klasifikasi Makhluk Hidup memerlukan waktu 15 jam pelajaran atau 5 tatap muka (TM).
Asumsinya 5 JP/minggu diorganisasikan menjadi tiga kali tatap muka (TM), yaitu 3 JP dan dua tatap muka (TM), masing-masing 2 JP.
  • Mengidentifikasi Benda-benda di Sekitar.
  • Membedakan Makhluk Hidup dan Tak Hidup.
  • Mengelompokkan Makhluk Hidup Berdasarkan Sistem Klasifikasi.

Bab 3 Klasifikasi Materi dan Perubahannya

Kompetensi Dasar :
3.3. Menjelaskan konsep campuran dan zat tunggal (unsur dan senyawa), sifat fisika dan kimia, perubahan fisika dan kimia dalam kehidupan sehari-hari.
4.3. Menyajikan hasil penyelidikan atau karya tentang sifat larutan, perubahan fisika dan perubahan kimia, atau pemisahan campuran.
Materi Pokok :
Pembelajaran dan penilaian topik Klasifikasi Materi dan Perubahannya memerlukan waktu 15 jam pelajaran atau 5 TM (Tatap Muka) dengan asumsi 5 JP/minggu diorganisasikan menjadi dua kali TM, yaitu masing-masing 3 JP dan 2 JP.
  • Karakteristik materi, unsur, senyawa dan campuran.
  • Campuran dan Sifat Larutan Asam Basa
  • Pemisahan Campuran (Filtrasi, Sentrifugasi, dan Kromatografi).
  • Pemisahan Campuran (Destilasi dan Sublimasi)
  • Sifat Fisika dan Sifat Kimia serta Perubahan Fisika dan Perubahan Kimia

Bab 4 Suhu dan Perubahannya

Kompetensi Dasar :
3.4. Menganalisis konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor, dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari termasuk mekanisme menjaga kestabilan suhu tubuh pada manusia dan hewan.
4.4. Melakukan percobaan untuk menyelidiki pengaruh kalor terhadap suhu dan wujud benda serta perpindahan kalor
Materi Pokok :
Pembelajaran dan penilaian Subtopik Suhu dan Perubahannya memerlukan waktu 15 jam pelajaran atau 6 TM (dengan asumsi 5 JP/ minggu diorganisasikan menjadi dua kali TM, yaitu 3 JP dan 2 JP.
  • Pengertian suhu dan termometer
  • Skala suhu I (membuat skala suhu)
  • Skala Suhu II (skala suhu dan mengamati pemuaian)
  • Pemuaian panjang, luas, dan volume
  • Pemuaian pada zat cair

Bab 5 Kalor dan Perpindahannya

Kompetensi Dasar :
3.4. Menganalisis konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor, dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari termasuk mekanisme menjaga kestabilan suhu tubuh pada manusia dan hewan.
4.4. Melakukan percobaan untuk menyelidiki pengaruh kalor terhadap suhu dan wujud benda serta perpindahan kalor.
Materi Pokok :
Pembelajaran dan penilaian topik Suhu dan Kalor memerlukan waktu 15 jam pelajaran atau 6 TM (Tatap Muka) dengan asumsi 6 JP/minggu diorganisasikan menjadi dua kali TM, yakni masing-masing 3 JP dan 2 JP.
  • Konsep kalor
  • Konsep Hubungan Kalor dan Perubahan Suhu Benda
  • Konsep Hubungan Kalor dan Perubahan Zat Benda
  • Perpindahan Kalor Dengan Cara Konduksi dan Konveksi
  • Perpindahan Kalor Dengan Cara Radiasi

Bab 6 Energi dalam Sistem Kehidupan

Kompetensi Dasar :
3.5. Menganalisis konsep energi, berbagai sumber energi, dan perubahan bentuk energi dalam kehidupan sehari-hari termasuk fotosintesis.
4.5. Menyajikan hasil percobaan tentang perubahan bentuk energi, termasuk fotosintesis.
Materi Pokok :
Pembelajaran dan penilaian topik Objek IPA dan Pengamatannya memerlukan waktu 15 jam pelajaran atau 6 TM (Tatap Muka) dengan asumsi 6 JP/minggu diorganisasikan menjadi dua kali TM, yaitu masing-masing 3 JP dan 2 JP.
  • Konsep Energi dan Sumber Energi
  • Transformasi Energi dalam Sel dan Metabolisme Sel
  • Respirasi
  • Pencernaan Makanan
  • Fotosintesis

Bab 7 Sistem Organisasi Kehidupan

Kompetensi Dasar :
3.6 Mengidentifikasi sistem organisasi kehidupan mulai dari tingkat sel sampai organisme dan komposisi utama penyusun sel.
4.6 Membuat model struktur sel tumbuhan/hewan.
Materi Pokok :
Pembelajaran dan penilaian topik Organisasi Kehidupan memerlukan waktu 15 jam pelajaran atau 6 tatap muka/TM (dengan asumsi 5 JP/minggu diorganisasikan menjadi dua kali tatap muka/TM, yaitu 3 JP dan 2 JP).
  • Konsep Organisasi Kehidupan.
  • Sel Sebagai Unit Struktural dan Fungsional Kehidupan.
  • Praktikum: Mengamati Sel Tumbuhan dengan Mikroskop dan Membandingkan Sel Hewan dengan Sel Tumbuhan.
  • Praktikum; Jaringan.
  • Organ, Sistem Organ, dan Organisme

Bab 8 Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan

Kompetensi Dasar :
3.7  Menganalisis interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya serta dinamika populasi akibat interaksi tersebut.
4.7 Menyajikan hasil pengamatan terhadap interaksi makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya.
Materi Pokok :
Pembelajaran dan penilaian topik Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan memerlukan waktu 13 jam pelajaran atau 7 tatap muka (TM) (dengan asumsi 5 JP/minggu diorganisasikan menjadi dua kali tatap muka (TM), yaitu 3 JP dan 2 JP).
  • Konsep Lingkungan.
  • Interaksi dalam Ekosistem Membentuk Suatu Pola.
  • Bentuk-bentuk Saling Ketergantungan.
  • Pola Interaksi Manusia Mempengaruhi Ekosistem

Bab 9 Pencemaran Lingkungan

Kompetensi Dasar :
3.8 Menganalisis terjadinya pencemaran lingkungan dan dampaknya bagi ekosistem.
4.8 Membuat tulisan tentang gagasan penyelesaian masalah pencemaran di lingkungannya berdasarkan hasil pengamatan.
Materi Pokok :
Pembelajaran dan penilaian topik Pencemaran Lingkungan memerlukan waktu 15 jam pelajaran atau 7 TM (Tatap Muka) dengan asumsi 6 JP/minggu diorganisasikan menjadi dua kali TM, yaitu masing-masing 3 JP dan 2 JP.
  • Definisi Pencemaran Lingkungan.
  • Pencemaran Air.
  • Pencemaran udara.
  • Pencemaran Tanah.

Bab 10 Pemanasan Global

Kompetensi Dasar :
3.9 Menganalisis perubahan iklim dan dampaknya bagi ekosistem.
4.9 Membuat tulisan tentang gagasan adaptasi / penanggulangan masalah perubahan iklim
Materi Pokok :
Pembelajaran dan penilaian Bab 4 semester 2 memerlukan waktu 15 jam pelajaran atau 5 TM. Adapun dengan asumsi 6 JP/minggu diorganisasikan menjadi 5 TM dibagi dalam dua kali TM, yaitu masing-masing 3 JP dan 2 JP.
  • Efek Rumah Kaca.
  • Pengertian dan Penyebab Pemanasan Global.
  • Dampak Pemanasan Global.
  • Usaha Penanggulangan Pemanasan Global.

Bab 11 Struktur Bumi dan Dinamikanya

Kompetensi Dasar :
3.10 Menjelaskan lapisan bumi, gunung api, gempa bumi, dan tindakan pengurangan resiko sebelum, pada saat, dan pasca bencana sesuai ancaman bencana di daerahnya.
4.10 Mengomunikasikan upaya pengurangan resiko dan dampak bencana alam serta tindakan penyelamatan diri pada saat terjadi bencana sesuai dengan jenis ancaman bencana di daerahnya.
Materi Pokok :
Pembelajaran dan penilaian bab5 semester 2 tentang lapisan bumi dan bencana memerlukan waktu 15 jam atau 6 kali tatap muka (TM) dengan asumsi 5 JP/minggu diorganisasikan menjadi dua kali TM, yaitu 3 JP dan 2 JP.
  • Konsep Lapisan Bumi.
  • Atmosfer.
  • Litsfer.
  • Gempa Bumi dan Pengurangan Resiko Bencananya.

Bab 12 Tata Surya

Kompetensi Dasar :
3.11 Menganalisis sistem tata surya, rotasi dan revolusibumi, rotasi dan revolusi bulan, serta dampaknya bagi kehidupan di bumi.
4.11 Menyajikan karya tentang dampak rotasi dan revolusi bumi dan bulan bagi kehidupan di bumi, berdasarkan hasil pengamatan atau penelusuran berbagai sumber informasi.
Materi Pokok :
Pembelajaran dan penilaian Bab 11 memerlukan waktu 15 jam pelajaran atau 5 TM dengan asumsi 6 JP/minggu diorganisasikan menjadi 6 TM.
  • Komponen Penyusun Tata Surya.
  • Gerak Planet dan Hukum Kepler.
  • Gerak Bumi dan Bulan.
  • Akibat Rotasi dan Revolusi Bumi.

Rabu, 19 Februari 2020

Artikel Islam

Jangan Pernah Berhenti Berdoa

Salah satu hal yang selayaknya dilaksanakan oleh seorang mukmin adalah berdoa. Berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala baik di kala sedih maupun senang, baik di kala sempit maupun lapang, karena Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kita untuk senantiasa berdoa kepada-Nya dalam sebuah ayat,
“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk Neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Ghafir : 60)
Kemudian, di ayat lain Allah ta’ala juga berfirman:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.” (QS. al-Baqarah : 186)

Sesuatu yang Mulia

Doa merupakan sesuatu yang mulia. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam pernah bersabda,
لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ
“Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah dibandingkan doa.” (HR. at-Tirmidzi)
Berdoalah karena berapa pun yang kita panjatkan kepada Allah, tidak akan mengurangi kekuasannya. Allah ta’ala berfirman dalam hadits Qudsy,
يَا عِبَادِي لَوْ أَنّ أَوّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ. وَإِنْسَكُمْ وَجِنّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِي فَأَعْطَيْتُ كُلّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمّا عِنْدِي إِلاّ كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ.
“Wahai para hamba-Ku, andaikata generasi terdahulu dan akhir dari kalian, golongan manusia dan jin kalian berada di satu tempat, lalu meminta kepada-Ku, lantas Aku kabulkan permintaan masing-masing mereka, maka hal itu tidaklah mengurangi apa yang ada di sisi-Ku kecuali sebagaimana jarum bila dimasukkan ke dalam lautan.” (HR. Muslim)

Tidak Akan Merugi

Setiap waktu yang kita luangkan untuk meminta, memohon dan mengharap sesuatu kepada Allah subhanahu wa ta’ala, kita tidak akan pernah merugi karenanya. Karena ketika kita berdoa, Allah akan memberikan salah satu dari ketiga hal berikut:
  1. Allah akan mengabulkan doa kita dengan segera
  2. Allah akan mengabulkan doa untuk kita di akhirat kelak
  3. Allah akan palingkan kita dari keburukan yang semisalnya
Hal tersebut sesuai dengan yang disabdakan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wasalam,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ : إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا قَالُوا: إِذًا نُكْثِرُ قَالَ : اللَّهُ أَكْثَرُ
Tidak ada seorang muslim pun yang berdoa dengan sebuah doa yang tidak terkandung di dalamnya dosa dan pemutusan silaturahmi, kecuali Allah akan memberikannya salah satu dari ketiga hal berikut: Allah akan mengabulkannya dengan segera, mengakhirkan untuknya di akhirat atau memalingkannya dari keburukan yang semisalnya. Para sahabat berkata, “Kalau begitu kami akan memperbanyak doa kami.” Beliau berkata, “Allah lebih banyak lagi.” (HR. Ahmad)

Berdoa Ketika Lapang

Kebanyakan dari kita, akan rajin berdoa ketika sedang sakit, ditimpa musibah atau ketika memiliki berbagai masalah yang memberatkan hidup. Namun demikian, begitu kita sembuh, begitu musibah dan permasalahan yang ada sudah Allah angkat dari diri kita, kita akan lalai, dan tidak lagi berdoa kepadanya. Kita tidak lagi menunjukkan penghambaan diri kita kepada-Nya.
Padahal salah satu kunci dikabulkannya doa yang kita panjatkan saat dalam keadaan susah sudah pernah disebutkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasalam,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيبَ اللَّهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالكَرْبِ فَلْيُكْثِرِ الدُّعَاءَ فِي الرَّخَاءِ
Barangsiapa menghendaki doanya dikabulkan oleh Allah saat susah dan ditimpa musibah; hendaklah ia memperbanyak doa ketika sedang lapang.” (HR. at-Tirmidzi)
Oleh karenanya, janganlah kita berhenti berdoa.

Artikel Islam

Syarat-syarat Hewan yang Akan Dikurbankan

Tak terasa sebentar lagi kita akan merayakan Iduladha, bagi yang dimudahkan dan dilapangkan rizkinya oleh Allah, maka hendaknya ia berkurban di tanggal 10 Dzulhijjah, terlepas dari khilaf ulama tentang hukum berkurban apakah wajib atau sunnah muakadah.
Tentunya, agar ibadah kurban kita sah dan diterima oleh Allah, maka penting bagi kita untuk memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:

1. Harus berkurban dengan hewan ternak yang ditetapkan oleh syariat

Hewan yang ditetapkan oleh syariat, yakni: sapi, kambing, serta unta, dan tidak boleh berkurban dengan selain hewan-hewan tersebut. Sebagai tambahan, kerbau termasuk jenis sapi menurut pendapat para ahli fiqih.
Hal ini disandarkan pada firman Allah Ta’ala
وَلِكُلِّ أُمَّةٖ جَعَلۡنَا مَنسَكٗا لِّيَذۡكُرُواْ ٱسۡمَ ٱللَّهِ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّنۢ بَهِيمَةِ ٱلۡأَنۡعَٰمِۗ
Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka.(1)
Yang paling afdhol adalah unta, setelahnya sapi, setelahnya kambing kibas setelahnya domba dan kambing, menurut pendapat yang paling rajih. (2)
Tidak masalah berkurban dengan hewan kurban jantan maupun betina. Berkata Imam Nawawy
(أَمَّا) الْأَحْكَامُ فَشَرْطُ الْمُجْزِئِ فِي الْأُضْحِيَّةِ أَنْ يَكُونَ مِنْ الْأَنْعَامِ وَهِيَ الْإِبِلُ وَالْبَقَرُ وَالْغَنَمُ سَوَاءٌ فِي ذَلِكَ جَمِيعُ أَنْوَاعِ الْإِبِلِ مِنْ الْبَخَاتِيِّ وَالْعِرَابِ وَجَمِيعِ أَنْوَاعِ الْبَقَرِ مِنْ الْجَوَامِيسِ وَالْعِرَابِ والدربانية وَجَمِيعِ أَنْوَاعِ الْغَنَمِ مِنْ الضَّأْنِ وَالْمَعْزِ وَأَنْوَاعِهِمَا وَلَا يُجْزِئُ غَيْرُ الْأَنْعَامِ مِنْ بَقَرِ الْوَحْشِ وَحَمِيرِهِ وَالضَّبَّا وَغَيْرُهَا بِلَا خِلَافٍ وَسَوَاءٌ الذَّكَرُ وَالْأُنْثَى.
Adapun syarat diperbolehkannya dalam berkurban adalah hendaknya hewan kurban merupakan jenis hewan ternak yaitu unta, sapi, dan kambing. Dalam hal ini sama saja semua jenis unta, baik yang Bakhoti atau jenis ‘Irab, dan semua jenis sapi, baik kerbau atau ‘irab maupun jenis lainnya, dan semua jenis kambing dari domba atau kambing kacang atau yang sejenisnya. Tidak boleh selain hewan ternak, seperti sapi liar, keledai liar dan kambing liar dan selainnya tanpa ada pendapat di kalangan ulama, baik yang jantan atau pun betina.(3)

2. Hewan kurban harus mencapai usia yang diperkenankan oleh syariat untuk dikurbankan

Sepakat ulama bahwasanya hewan kurban yang usianya di bawah ketentuan syariat maka sembelihanya tidak sah(4)
Adapun untuk semua jenis hewan kurban harus mencapai usia musinnah, Perincian per masing-masing jenis adalah sebagai berikut:
  1. Unta harus berusia 5 tahun ke atas.
  2. Sapi harus berusia dua tahun atau lebih
  3. Kambing satu tahun atau lebih
Jabir bin Abdillah berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
«لا تذبحوا إلا مسنة، إلا أن تعسر عليكم فتذبحوا جذعة من الضأن»
“Janganlah kalian menyembelih (berkurban) kecuali musinnah (berumur satu tahun), dan jika sulit bagi kalian, maka sembelih lah oleh kalian jad’ah dari domba/biri-biri.”
Usia Musinnah adalah usia yang ditandai tanggalnya gigi seri atas baik unta, sapi atau kambing.
Adapun untuk jenis domba, jika tidak mampu berkurban dengan yang berusia satu tahun, maka boleh berkurban dengan jadz’ah (yg berusia enam bulan) atau yang diatasnya.
Dalam fatwanya, Lajnah Daimah menyatakan, “Dalil-dalil syar’i menunjukkan bahwasanya sah berkurban dengan domba yang usianya sudah sempurna mencapai enam bulan. (6)

3. Hewan yang dikurbankan bukanlah hewan yang memiliki cacat

Cacat pada hewan kurban dibagi menjadi tiga kategori, salah satunya adalah cacat yang menyebabkan tidak sahnya kurban. Jumlahnya ada empat sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadits akan ketidaksahanya:
  1. Buta Sebelah. Kalau putih bola matanya mendominasi lingkaran hitam matanya, sehingga bulatan hitam matanya hanya kecil, maka ini juga tidak sah dikurbankan. Atau buta kedua-duanya, yang tentu lebih tidak sah lagi untuk dikurbankan;
  2. Yang benar-benar sedang terserang penyakit. Seperti demam yangmengakibatkan hewan tersebut kehilangan nafsu makan dan menjadi lemah, atau luka dalam atau yang serius pada tubuhnya yang berpengaruh terhadap kesehatannya. Jika penyakit yang mengenainya adalah penyakit yang ringan, maka hewan tersebut sah untuk dikurbankan;
  3. Yang jelas-jelas pincang kakinya. Yang terputus atau patah kakinya tentu lebih utama untuk tidak dikurbankan, alias tidak sah;
  4. Yang sangat kurus, sampai-sampai seperti tidak memiliki sum-sum.
Keempat hal diatas dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bara’ bin ‘Ajib Radhiallahu ‘anhu,
«أربعة لا يجزين في الأضاحي: العوراء البين عورها، والمريضة البين مرضها، والعرجاء البين ظلعها، والكسيرة التي لا تنقى»
Empat hal yang membuat hewan kurban tidak sah untuk dikurbankan, buta matanya sebelah, yang jelas akan kebutaannya, yang sakit dengan penyakit yang jelas, yang pincang dengan jelas kepincangannya, dan yang kurus seperti tidak bersum-sum. (7)

4. Hewan tersebut milik orang yang berkurban

Bukan hewan curian, rampasan atau yang diklaim milik dirinya dengan cara yang dzalim. Hewan yang digadaikan kepada dirinya, tidak boleh ia kurbankan, karena bukanlah miliknya.

5. Disembelih pada waktu-waktu yang telah ditentukan syariat

Waktunya adalah setelah shalat ‘Ied, dan ini adalah waktu yang afdhol. Batas waktu penyembelihan sampai dengan hari terakhir Tasyriq (tanggal 13 Dzulhijjah) ketika matahari sudah tenggelam.
Barangsiapa yang menyembelih hewan kurbannya sebelum shalat ‘Ied atau setelah tenggelamnya matahari tanggal ke-13 Dzulhijjah, maka kurbannya tidak sah. Akan tetapi, jika terdapat udzur-udzur syar’i, semisal larinya hewan kurban, dan baru ditemukan setelah hari ke-14 Dzulhijjah atau setelahnya, maka tetap sah untuk dikurbankan.
Diperbolehkan untuk menyembelih malam hari sebagaimana diperbolehkan untuk menyembelihnya siang hari. Akan tetapi siang hari tentu saja lebih utama.

Artikel Islam

*Al Fatihah, Bacaan Shalat Paling Dahsyat*

Al Fatihah adalah bacaan shalat yang amat dahsyat. Dalam fiqih tuntunan shalat, Al Fatihah merupakan bacaan shalat yang bersifat rukun. Teristimewa, Allah akan menjawab pada setiap ayat yang kita baca. Luar biasa, bukan…? 🙂
Buktinya? Ini dia, firman Allah dalam hadits qudsi:
Nabi SAW bersabda, “Allah SWT berfirman: Shalat itu Kubagi dua antara Aku dan hamba-Ku. Untuk hamba-Ku ialah apa yang dimintanya.
Apabila ia mengucapkan Alhamdulillahi rabbil alamin, Aku menjawab: “Hamba-Ku memuji-Ku”.
Apabila ia mengucapkan Arrahmaanirrahiim,
maka Aku menjawab: “Hamba-Ku menyanjung-Ku”.
Apabila ia mengucapkan Maaliki yaumiddiin,
maka Aku menjawab: “Hamba-Ku mengagungkan-Ku”.
Apabila ia mengucapkan Iyyaka nabudu waiyyaaka nastaiin,
maka Aku menjawab: “Inilah bagian-Ku dan bagian hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku apa yang dimintanya”.
Apabila ia mengucapkan Ihdinashirratal mustaqim, shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi alaihim waladhaalin,maka Aku menjawab:
“Inilah bagian hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku apa yang dimintanya” (HR Muslim).
Sungguh luar biasa, ternyata Allah langsung menjawab bacaan shalatkita… Terungkap sudah rahasianya, mengapa Rasulullah membaca Al Fatihah ayat-demi ayat (tidak menyambungnya), sebagaimana dikatakan dalam hadits:  “Kemudian beliau SAW membaca Al-Fatihah, beliau memenggalnya ayat demi ayat…” (HR Abu Dawud).

Artikel Islam

17 Pengetahuan Wajib Tentang Ramadhan

   1. Puasa, Tangga Menuju Surga
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibakan kepada umat-umat sebelum kamu agar kamu menjadi orang yang bertaqwa” (QS Al Baqarah:183).
“Sesungguhnya orang yang bertaqwa ditempatkan dalam surga yang mengalir sungai-sungai” (QS Al Hijr:45)

2. Ibadah yang Tidak Dapat Ditinggalkan

“Barangsiapa berbuka (dengan sengaja) satu hari pada siang hari bulan Ramadhan tanpa rukhsah atau sakit, maka tidak akan dapat menggantinya walaupun berpuasa sampai akhir hayatnya” (HR Bukhari, Ahmad, Turmudzi dll).
3. Sesuatu yang Baik Bagi Manusia
“Dan berpuasa baik untukmu, jika kamu mengetahuinya” (QS Al Baqarah:184).
4. Ibadah Agung, Sebagai Benteng
Rasul bersabda, Allah berfirman “Seluruh amal anak adam untuknya, kecuali puasa, sebab puasa adalah untuk-Ku, dan Aku pasti menjaminnya. Puasa adalah merupakan benteng, maka ketika seorang tengah melakukan puasa janganlah berbuat keji dan kerusuhan; apabila ada yang mencaci maki kepadanya atau mengajak bertengkar, katakanlah “Aku tengah berpuasa”. Demi Allah yang Muhammad ditangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum dari kesturi di sisi Allah; dan baginya dua kegembiraan, yaitu ketika berbuka dan ketika berjumpa dengan Tuhannya, memperoleh balasannya” (HR Bukhari, Muslim).
5. Pintu Surga Terbuka, Pintu Neraka Tertutup, Setan Dibelenggu
“Ketika bulan Ramadhan tiba, maka dibukalah pintu-pintu surga, pintu-pintu neraka ditutup, dan syetan di belenggu “(HR Bukhari, Muslim).
6. Ampunan
“Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan berharap kepada Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR Bukhari, Muslim).
7. Dijauhkan dari Neraka
“Tiada orang berpuasa sehari pada jalan Allah, kecuali Allah menjauhkan wajahnya dari sengatan api neraka sejauh 70 tahun” (HR Bukhari, Muslim).
8. Doa Mustajab
“Telah datang kepadamu bulan Ramadhan dimana Allah melimpahkan keberkahan menurunkan rahmat dan mengampuni dosa dosamu, menerima doa doamu…” (HR Thabrani).
“Tiga jenis orang yang doa mereka tiada ditolak adalah, doa orang berpuasa sampai ia berbuka, doa pemimpin yang adil, dan doa orang yang didzalimi… “ (HR Ahmad).
9. Pelipatgandaan Pahala
“Barangsiapa yang ingin mendekatkan diri di bulan ini kepada Allah dengan suatu amalan sunnah, maka pahalanya bagaikan melakukan amalan fardhu di bulan lainnya; dan barangsiapa melakukan amalan fardhu di bulan ini, maka pahalanya adalah 70 amalan fardhu di bulan lainnya” (HR Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya).
10. Jangan Tinggalkan Shalat Tarawih dan Ibadah Malam Lainnya
“Barangsiapa yang menegakkan (ibadah) malam di bulan Ramadhan karena iman dan berharap kepada Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR Bukhari, Muslim).
11. Perbanyak Shadaqah & Tadarus
Dari Ibnu Abbas, “Rasul adalah manusia yang paling bermurah hati, terutama dalam bulan Ramadhan, … dan beliau tadarus Al Quran” (HR Bukhari, Muslim).
12. Perbanyak Memberi 
“Barangsiapa memberi makan kepada orang yang berpuasa, maka pahalanya baginya seperti yang berpuasa, tanpa mengurangi pahala yang berpuasa sedikitpun” (HR Turmudzi).
13. Perbanyak 4 Perkara
“Perbanyaklah di bulan ini 4 perkara. Dua perkara dapat mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dua perkara lainnya pasti kamu memerlukannya. Dua perkara yang dapat mendatangkan keridhaan Allah adalah hendaknya kalian membaca kalimat Thayibah dan istighfar sebanyak banyaknya. Dan dua perkara yang kamu memerlukannya yaitu hendaknya kamu memohon kepada-Nya untuk masuk surga dan berlindung dari api neraka Jahannam” (HR Ibnu Khuzaimah).
14. Itikaf 10 Hari Terakhir
Adalah Rasulullah SAW itikaf pada 10 malam terakhir. Sabdanya “Carilah lailatul qadar pada 10 malam terakhir Ramadhan” (HR Bukhari, Muslim).
15. Fadilah Itikaf
“Barangsiapa beritikaf penuh keyakinan dan keikhlasan, pasti Allah ampuni dosa-dosanya terdahulu” (HR Bukhari, Muslim).
“Barangsiapa yang beritikaf satu hari karena mengharapkan ridha Allah, maka Allah swt akan menjauhkan antara dia dengan nereka sejauh tiga parit, yang jarak antara satu paritnya lebih jauh daripada langit dan bumi” (HR Thabrani, Baihaqi, Hakim).
16. Berusaha Menggapai Lailatul Qadar
“Malam kemuliaan itu (lailatul qadar) lebih baik dari 1000 bulan” (QS Alqadar:3).
17. Amalan Terbaik di Malam Laialtul Qadar
Dari Aisyah, “Ya Rasul apa yang harus dilakukan jika aku menepati malam lailatul qadar, dan apa yang harus kubaca?. Jawab Rasul: ”Ucapkanlah olehmu kalimat : Allaahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni(Ya Allah, Engkau Maha pengampun dan suka mengampuni, maka ampunilah aku)”  (HR Turmudzi).

Artikel Islam

Naskah Khutbah Jumat untuk Motivasi


Jamaah shalat Jumat yang berbahagia…
Mari tingkatkan taqwa kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Salah satu cara untuk meningkatkannya adalah dengan memahami kejamnya waktu Subuh.
Allah bersumpah dalam surat Al Fajr dengan nama-nama waktu. Tapi Allah memilih waktu Subuh sebagai waktu yang disebut-Nya pertama kali.
Dalam surat Al Falaq, Allah mengingatkan :
Katakanlah, aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai waktu Subuh
Jamaah shalat Jumat yang berbahagia…
Mengapa Allah bersumpah demi waktu Subuh?
Ada apa dengan waktu Subuh?
Mengapa harus berlindung kepada Tuhan yang menguasai waktu Subuh?
Jawabannya adalah karena waktu Subuh ternyata sangat kejam dan berbahaya!
Karena itu, Rasulullah mencontohkan membaca surat Al Falaq – “Katakanlah, aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai waktu Subuh…” – menjelang tidur. Ini adalah agar kita ingat akan kejamnya waktu Subuh dan minta perlindungan kepada Allah dari segala marabahayanya. Yaitu, dengan meminta rizqi kepada Allah agar dimudahkan bangun untuk shalat Subuh berjamaah di masjid.

Artikel Islam

Ulama al-Syafi‘iyyah Menegaskan Allah di Atas ‘Arsy
Allah di atas arsy(keyakinan aqidah Ahlussunnah)Sesungguhnya akidah bahwa Allah di atas ‘Arsy adalah akidah yang hak (benar). Dasarnya berupa dalil-dalil Alquran, Hadis, ijmak ulama, akal, dan fitrah sangat banyak dan sangatlah gamblang. Cukuplah bagi kita merenungi ucapan berikut:
قَالَ بَعْضُ أَكَابِرِ أَصْحَابِ الشَّافِعِيِّ : فِي الْقُرْآنِ أَلْفُ دَلِيْلٍ أَوْ أَزْيَدُ تَدُلُّ عَلَى أَنَّ اللهَ تَعَالَى عَالٍ عَلَى الْخَلْقِ وَأَنَّهُ فَوْقَ عِبَادِهِ
“Sebagian tokoh senior mazhab al-Syafi‘i mengatakan, ‘Dalam Alquran terdapat seribu dalil atau lebih yang menunjukkan bahwa Allah tinggi di atas makhluk dan Allah di atas hamba-Nya.’”[1]
Semoga Allah merahmati al-Imam Ibn Abil-‘Izz al-Hanafi yang telah mengatakan—setelah menyebutkan 18 segi dalil—, “Dan jenis-jenis dalil-dalil ini, seandainya dibukukan tersendiri, maka akan tertulis kurang lebih seribu dalil. Oleh karena itu, para penentang masalah ini hendaknya menjawab dalil-dalil ini. Akan tetapi, sungguh sangatlah mustahil mereka mampu menjawabnya.”[2]
Sesungguhnya akidah ini merupakan syiar Ahlusunah wal Jamaah sejak dahulu hingga sekarang. Ucapan-ucapan para ulama salaf tentang hal ini banyak sekali, tak bisa hitung jumlahnya.[3] Namun, pada kesempatan kali ini, kami akan memfokuskan pada ulama-ulama mazhab al-Syafi‘iyyah seperti al-Imam al-Syafi‘i, al-Muzani, al-Baihaqi, al-Sabuni, al-Bagawi, Abu al-Hasan al-Asy‘ari, dan sebagainya dari para tokoh mazhab al-Syafi‘iyyah, karena kami melihat suatu keajaiban pada zaman sekarang, di mana banyak orang-orang yang menisbahkan diri kepada mazhab al-Syafi‘i sekarang justru menganut paham “Allah di mana-mana” bahkan menganggap sesat orang-orang yang berkeyakinan bahwa Allah di atas ‘Arsy-Nya.
Aduhai, apalah artinya Anda menisbahkan diri kepada para ulama tersebut kalau memang kenyataannya Anda tidak mengikuti akidah mereka?! Sungguh benar ucapan penyair:
وَكُلٌّ يَدَّعِيْ وَصْلًا بِلَيْلَى             وَلَيْلَى لَا تُقِرُّ لَهُمْ بِذَاكَا
Semua orang mengaku punya hubungan dengan Laila
Tetapi Laila tidak mengakuinya[4]
Berikut ini beberapa ucapan para tokoh ulama al-Syafi‘iyyah, yang secara tegas mengatakan bahwa Allah berada di atas ‘Arsy yang sesuai dengan kemuliaan-Nya.[5] Semoga bisa dijadikan renungan bagi kita semuanya:

1.    Al-Imam al-Syafi‘i (150–204 H)

Al-Imam al-Syafi‘i meyakini ketinggian Allah di atas ‘Arsy-Nya. Hal ini ditegaskan oleh para ulama al-Syafi‘iyyah sendiri. Akidah al-Imam al-Syafi‘i dalam masalah ini juga diaminkan oleh para tokoh mazhab al-Syafi‘i yang paling tahu tentang mazhab al-Syafi‘i. Al-Imam al-Baihaqi—salah seorang ulama pembela mazhab al-Syafi‘i—berkata setelah membawakan dalil-dalil yang banyak tentang masalah ini, “Asar-asar salaf tentang hal ini sangat banyak sekali. Dan inilah mazhab dan keyakinan al-Imam al-Syafi‘i.”[6]
Demikian juga ditegaskan oleh al-Hafiz Ibn Hajar—salah seorang ulama al-Syafi‘iyyah—, beliau berkata, “Dan al-Baihaqi telah meriwayatkan dengan sanad yang sahih dari Ahmad ibn Abil-Hawari … dan dari jalan Abu Bakr al-Daba’i ia berkata, ‘Mazhab Ahlusunah terhadap firman Allah “Dan ar-Rahman beristiwa di atas ‘Arsy…” adalah tanpa ditanya bagaimananya. Dan asar-asar dari salaf tentang hal ini banyak sekali. Dan ini adalah jalan al-Imam al-Syafi‘i dan Ahmad ibn Hanbal.’”[7]
Al-Imam al-Syafi‘i berdalil dengan hadis Mu‘awiyah ibn Hakam Radhiallahu ‘Anhu dalam beberapa kitabnya.[8]
وَأَحَبُّ إِلَيَّ أَنْ لَا يَعْتِقَ إِلَّا باَلِغَةً مُؤْمِنَةً ، فَإِنْ كَانَتْ أَعْجَمِيَّةً فَوَصَفَتِ الْإِسْلَامَ أَجْزَأَتْهُ ، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ هِلَالٍ ابْنِ أُسَامَةَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْحَكَمِ أَنَّهُ قَالَ : أَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ n فَقُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ جَارِيَةً لِيْ كَانَتْ تَرْعَى غَنَمًا لِيْ فَجِئْتُهَا وَفَقَدْتُ شَاةً مِنَ الْغَنَمِ فَسَأَلْتُهَا عَنْهَا فَقَالَتْ : أَكَلَهَا الذِّئْبُ فَأَسَفْتُ عَلَيْهَا وَكنُتْ ُمِنْ بَنِيْ آدَمَ فَلَطَمْتُ وَجْهَهَا وَعَلَيَّ رَقَبَةٌ أَفَأَعْتِقُهَا ؟ فَقَالَ لَهَا رَسُوْلُ اللهِ n (أَيْنَ اللهُ ؟) فَقَالَتْ : فِي السَّمَاءِ فَقَالَ (مَنْ أَنَا ؟) فَقَالَتْ : أَنْتَ رَسُوْلُ اللهِ ، قَالَ : (فَأَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ).
Saya lebih suka agar tidak memerdekakan budak kecuali budak yang sudah balig dan mukminah. Seandainya dia non-Arab kemudian bersifat Islam maka sudah mencukupi. Mengabarkan kepada kami Malik dari Hilal ibn Usamah dari ‘Atha’ ibn Yasar dari ‘Umar ibn Hakam[9] berkata, “… Saya memiliki seorang budak wanita yang bekerja sebagai penggembala kambing di Gunung Uhud dan al-Jawwaniyyah (tempat dekat Gunung Uhud). Suatu saat saya pernah memergoki seekor serigala telah memakan seekor dombanya. Saya termasuk dari bani Adam, saya juga marah sebagaimana mereka juga marah, sehingga saya menamparnya, kemudian saya datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ternyata beliau menganggap besar masalah itu. Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah saya merdekakan budak itu?’ Jawab beliau, ‘Bawalah budak itu padaku.’ Lalu NabiShallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya, ‘Di mana Allah?’ Jawab budak tersebut, ‘Di atas langit.’ Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya lagi, ‘Siapa saya?’ Jawab budak tersebut, ‘Engkau adalah Rasulullah.’ Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Merdekakanlah budak ini karena dia seorang wanita mukminah.’”[10]
Al-Imam al-Syafi‘i membawakan hadis dalam kitab-kitabnya tanpa mengkritik isi kandungannya. Maka hal itu menunjukkan bahwa beliau berhujah dengan hadis ini. Al-Imam al-Zahabi Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Dalam hadis ini terdapat dua masalah:
Pertama: Disyariatkannya pertanyaan seorang muslim ‘di mana Allah’[11]
Kedua: Jawaban orang yang ditanya ‘di atas langit’. Barangsiapa yang mengingkari dua masalah ini, maka berarti dia mengingkari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”[12]
Al-Imam al-Syafi‘i Rahimahullahu Ta’ala juga mengatakan:
الْقَوْلُ فِي السُّنَّةِ الَّتِيْ أَنَا عَلَيْهَا وَرَأَيْتُ أَصْحَابَنَا عَلَيْهَا أَهْلَ الْحَدِيْثِ الَّذِيْنَ رَأَيْتُهُمْ وَأَخَذْتُ عَنْهُمْ مِثْلَ سُفْيَانَ وَمَالِكٍ وَغَيْرِهِمَا الإِقْرَارُ بِشَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَأَنَّ اللهَ عَلَى عَرْشِهِ فِيْ سَمَائِهِ يَقْرُبُ مِنْ خَلْقِهِ كَيْفَ شَاءَ وَيَنْزِلُ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا كَيْفَ شَاءَ.
“Pendapat dalam sunah (akidah) yang saya yakini dan diyakini oleh kawan-kawan saya ahli hadis yang saya bertemu dengan mereka dan belajar kepada mereka seperti Sufyan, Malik, dan selain keduanya adalah menetapkan syahadat bahwa tidak ada yang berhak untuk diibadahi secara benar kecuali hanya Allah saja dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah dan bahwa Allah di atas ‘Arsy-Nya di langit-Nya dekat dengan para hamba-Nya sekehendak Dia dan Dia turun ke langit dunia sekehendak-Nya.”[13]
Riwayat dari al-Imam al-Syafi‘i ini sangat tegas menyatakan akan Allah berada di atas langit. Asar ini ternyata juga diriwayatkan dari banyak jalur oleh para ulama. Al-Barzanji (wafat 1103 H)—salah seorang ulama mazhab al-Syafi‘iyyah—menukil ucapan al-Imam al-Syafi‘i di atas dari jalur Yunus ibn ‘Abdil-A‘la, Ibn Hisyam al-Baladi, Abu Saur, Abu Syu‘aib, Harmalah, al-Rabi‘ ibn Sulaiman, dan al-Muzanni.[14]
Demikianlah ketegasan al-Imam al-Syafi‘i. Lantas adakah yang mengambil pelajaran darinya?![15]

Artikel Islam


Nabi Isa ‘Alaihissalam Dalam Aqidah Umat Islam
Bismillah, walhamdulillah, washshalaatu wassalaamu ‘ala rasulillah,
nabi isaSungguh, Allah adalah Zat Yang Mahabijaksana. Dia memiliki kebijaksanaan yang sempurna yang jauh melampaui kebijaksanaan seluruh makhluk. Di antara bentuk kebijaksaan Allah adalah Ia ciptakan surga dengan segala macam kenikmatannya sebagai tempat kembali para hamba-Nya yang beriman kepadanya.
Dan merupakan bentuk keimanan kepadanya adalah beriman dengan para nabi dan rasul yang telah Ia utus ke dunia ini. Kita diperintahkan untuk meyakini mereka sesuai dengan apa yang diberitakan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Sepanjang sejarah manusia, telah banyak para nabi dan rasul yang Allah utus ke dunia ini yang bertugas menyampaikan dan mengajarkan agama-Nya serta mengajak manusia untuk beribadah hanya kepada-Nya. Salah satu di antara mereka adalah Nabi Isa ‘alaihissalaam.

Siapa itu Nabi Isa

Beliau adalah seorang lelaki yang lahir dari perut seorang wanita perawan nan suci bernama Maryam. Ibunya merupakan anak perempuan dari seorang lelaki pilihan Allah bernama ‘Imran dari keturunan Bani Israil (anak-anak Nabi Ya’kub alaihissalam). Keluarga Imran ini merupakan salah satu keluarga yang dipilih Allah untuk mendapatkan keistimewaan dari-Nya berupa nikmat kenabian.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ ذُرِّيَّةً بَعْضُهَا مِن بَعْضٍ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing). Sebagiannya merupakan keturunan dari yang lainnya. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Ali ‘Imran: 33-34)

Bagaimana Kelahiran Beliau?

Allah Ta’ala telah mengabarkan kepada kita bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam dilahirkan tanpa proses pernikahan ibunya Maryam dengan seorang lelaki. Artinya, beliau lahir tanpa ayah. Dan yang demikian itu bukanlah hal yang mustahil bagi Allah ‘Azza wa Jalla.
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ مَثَلَ عِيسَىٰ عِندَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ ۖ خَلَقَهُ مِن تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُن فَيَكُونُ
Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, “Jadilah”, maka jadilah ia.” (Ali ‘Imron: 59)
Ketika Maryam bertanya dengan penuh rasa heran saat mendapat kabar gembira berupa seorang putra yang akan lahir dari perutnya tanpa ‘sentuhan’ seorang lelaki, Allah menjelaskan dan menegaskan kepadanya serta kepada kita semua,
كَذَٰلِكِ اللَّهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۚ إِذَا قَضَىٰ أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُن فَيَكُونُ
Demikianlah Allah, yang menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Ia sudah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Ia hanya cukup mengatakan kepadanya, “jadilah kamu”, lalu jadilah ia.” (Ali’Imran: 47)
Proses penciptaan beliau adalah dengan ditiupkannya roh ke dalam rahim ibunya, Maryam. Kemudian Allah katakan kepadanya, “kun” (jadilah), sebagaimana yang Allah sebutkan pada ayat sebelumnya. Maka, seketika itu Maryam hamil sebagaimana wanita pada umumnya dan kemudian melahirkan Nabi Isa sebagai seorang anak manusia.
Sungguh, penciptaan ini merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala sebagaimana yang telah ditegaskan dalam Alquran,
وَجَعَلْنَا ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ آيَةً وَآوَيْنَاهُمَا إِلَىٰ رَبْوَةٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَمَعِينٍ
Dan telah Kami jadikan (Isa) putra Maryam beserta ibunya sebagai tanda (kekuasaan kami), dan Kami lindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir.” (Al-Mu’minun: 50)
Ayat-ayat yang menerangkan tentang proses kelahiran Nabi Isa ‘alaihissalam di atas merupakan bantahan tehadap tuduhan orang-orang Yahudi, yang menganggap Maryam ‘alaihassalam telah berzina. Padahal, Allah telah menegaskan tentang kesucian wanita ini dari perbuatan keji itu.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِن رُّوحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِينَ
Dan (ingatlah) Maryam putri ‘Imran yang memelihara kemaluannya (dari perbuatan keji). Maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami, dan Dia membenarkan kalimat Rabbnya dan kitab-kitab-Nya, dan dia itu termasuk orang-orang yang taat.” (At-Tahriim: 12)
وَإِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَىٰ نِسَاءِ الْعَالَمِينَ
Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, “Hai Maryam, Sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan juga mengistimewakan kamu atas segala wanita di seluruh dunia.” (Ali ‘Imran: 42)

Mukjizat Yang Diberikan kepada Beliau Ketika Bayi

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَيُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلًا وَمِنَ الصَّالِحِينَ
Dan dia (Isa) berbicara kepada manusia dalam buaian (ketika ia bayi) dan juga ketika sudah dewasa. Dan dia itu termasuk orang-orang yang saleh.”(Ali-‘Imran: 46)
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَا تَكَلَّمَ مَوْلُود فِي صِغَرِهِ إلا عِيسَى وصَاحِبَ جُرَيْج
“Tidak ada seorang anak yang berbicara ketika kecilnya kecuali Isa dan sahabat Juraij.”1
Dalam riwayat lain disebutkan,
لَمْ يَتَكَلَّمْ فِي الْمَهْدِ إِلَّا ثَلَاثَةٌ: عِيسَى
tidak ada seorangpun yang berbicara sewaktu kecilnya kecuali tiga orang: (satu di antara mereka adalah) Isa …….” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketika menafsirkan surah Ali ‘Imran ayat 46, Ibnu Katsir mengatakan, “Ia (Isa bin Maryam) mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah semata tanpa kesyirikan pada saat ia masih kecil sebagai mukjizat dan tanda (kenabian), serta saat beliau sudah dewasa ketika Allah wahyukan kepadanya untuk melaksanakan urusan itu (dakwah).”2